HIMAPRODI PETERNAKAN UNISMA MENJAWAB TANGISAN PETERNAK AYAM DENGAN WEBINAR NASIONAL

Himaprodi Peternakan Unisma Malang menggelar webinar nasional tema “Peluang Bisnis Pakan Unggas Mandiri bagi Gen Z”.Webinar ini membahas seputar peternakan ayam, seperti porsi biaya pakan terhadap total biaya produksi pada skala usaha peternakan rakyat mencapai 70 % untuk ayam ras petelur dan 57 % ayam ras pedaging.

Peternak selalu berupaya memenuhi kebutuhan pakan untuk mengoptimalkan produksi telur maupun daging meskipun harganya terus melonjak naik. Tapi akhir-akhir ini harga pakan ayam terus meroket sehingga membuat peternak menjerit karena biaya produksi sudah tidak seimbang dengan harga jual. Keputusasaan peternak bisa dilihat di berita virtual yang masih hangat. Ada peternak yang membuang ribuan telurnya sebagai ekspresi kekesalan terhadap harga pakan yang meningkat.

Ketua pelaksanan webinar Nofri Ardana mengatakan bahwa masalah pakan ini justru menjadi tantangan mahasiswa yang masuk dalam Genersi Z untuk mengambil peluang menjadikan bisnis yang menjanjikan asalkan cerdas dalam membaca peluang dan kesempatan.

Webinar Nasional diikuti 746 partisipan yang berasal hampir dari seluruh provinsi di Indonesia. Partisipan berasal dari mahasiswa peternakan dan pertanian, Dosen baik PTS/PTN, Dinas Peternakan/Pertanian, UPT Peternakan Dinas Provinsi, Peternak, Pengusaha pakan ternak, Guru dan siswa SMK Peternakan/Pertanian serta masyarakat umum. Membludaknya peserta karena Himaprodi Peternakan mengambil narasumber yang tepat dalam menjawab permasalah pakan.

Narasumber pertama drh. Desianto Budi Utomo, M. Sc., Ph. D adalah ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sekaligus Vice President PT. Charoen Pokphand Indonesia. Desi menyampaikan bahwa dalam budidaya ayam faktor terpenting adalah genetik ayamnya baru diikuti faktor pakan.

Pakan yang menjadi primadona permasalahan sebetulnya terletak dalam beberapa komponen bahan bakunya yang masih impor sebesar 35 %. Sedangkan biaya produksi pakan sebesar 80-85% dipengaruhi oleh bahan baku mentah.

Bahan baku import seperti bungkil kedelai (SBM) dan Meat Bone Meal (MBM) harga cenderung naik. Bungkil Kedelai digunakan sebagai sumber protein utama dalam pakan, tidak diproduksi secara lokal dan belum ada bahan baku lokal yang dapat menggantikan penuh penggunaannya.

Sebenarnya dedak bisa digunakan dalam pakan hingga15% namun ketersediaan musiman sehingga sering digantikan oleh bahan baku impor. Kendala bahan pakan lokal adalah keterbatasan stabilitas mutu dan kontinuias pasokan serta harga yang tidak dapat bersaing dengan pakan impor.

Selain itu juga Crude protein (CP) bahan lokal rendah < 20% sedangkan bahan import ˃ 30%. Bahan pakan sebagai salah satu rantai pasok usaha perunggasan harus berdayasaing. Pengembangan jagung harus secara intensifikasi dan ekstensifikasi serta terintegrasi secara holistik.

Hal ini karena bahan pakan ayam 40 %  adalah dari jagung dan sejak tahun 2017 impor jagung sudah distop. Perlu dukungan teknis dari pemerintah baik kebijakan maupun dukungan logistik-infrastruktur sehingga efisiensi industri pakan tercapai.

Narasumber ke dua adalah Ir. Muhammad Farid Wadjdi, MP. Farid adalah dosen Fakultas Peternakan Unisma sekaligus praktisi dalam bidang pakan ternak. Farid mengatakan bahwa bahan pengganti sumber protein non konvensional bisa diproduksi sendiri seperti Magot lalat BSF (Black Fly Soldier), Cacing tanah Lumbricus, Cacing sutra dan Azolla.

Penyusunan bahan pakan alternaif ini tentunya harus mengetahui komposisi nutrisi yang dibutuhkan ayam. Farid sudah mencipakan aplikasi sofware formulasi ransum. Dengan aplikasi ini dapat dipilih bahan lokal yang dapat digunakan sebagai penyusunan pakan ayam dengan protein tinggi.

Tantangan dalam penyediaan bahan lokal adalah kontinuitas pasokan, stabilitas mutu dan harga. Sebagai mahasiswa peternakan sekaligus Gen Z tantangan ini justru harus menjadikan peluang untuk menciptakan bisnis. Peluang bisnis pakan ayam adalah besar mengingat semakin tahun jumlah penduduki meningkat dan konsumsi protein hewani masyarakat masih rendah dibandingkan dari negara ASEAN lainnya.

Pada sesi akhir Dekan Fakultas Peternakan Unisma Malang Dr. Ir, Inggit Kentjonowaty, MP menyampaikan bahwa kerjasama dengan GPMT akan ditindaklanjuti lebih implementatif guna mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program MBKM memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar di luar kampus dengan berbagai akivias salah satunya adalah magang. Diharapkan dengan magang di Dunia industri maka kompetisi mahasiswa akan lebih berdaya saing dan Fakultas mempunyai link dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). (*)

*)Pewarta: Nurul Humaidah, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang (UNISMA)

Sumber: https://www.timesindonesia.co.id/read/news/330760/himaprodi-peternakan-unisma-malang-jawab-tangisan-peternak-ayam-dengan-webinar-nasional

CATEGORIES
Share This
× WhatsApp